Cinta dan Kebencian

         Terkadang cinta membuat kita membenci orang yang pernah hadir dalam kehidupan kita. Bukan karena orang itu jahat tapi karena dia tidak menepati janji dan pergi begitu saja tanpa meninggalkan pesan. Seperti senja yang memberikan kesimpulan kepada kita tentang hari itu tetapi dia tidak memberi pesan apapun. Warna cinta dan kebencian adalah warna merah. Bedanya kebencian bisa menghancurkan dunia, bahkan cinta pun bisa hancur. 
        Aku Aini mahasiswa semester akhir di salah satu kampus ternama di NTT. Di kampus aku mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, karena dari kecil aku sangat suka menulis.  Aku memiliki seorang kekasih yang bernama Anton. Aku dan dia satu kampus tetapi bedanya, dia mengambil jurusan Bahasa Inggris. Kami berdua sama-sama berada pada semester akhir. Mahasiswa semester akhir memang sibuk mengerjakan skripsi. Namun, aku dan dia masih menyempatkan sedikit waktu untuk minum secangkir kopi bersama. 
          Pada suatu sore, di sebuah beranda aku dan dia duduk dan bersenda gurau ditemani secangkir kopi hangat dan rintikan hujan yang mengalunkan nada sendu.  Dia menatapku dengan hangat aku pun tersipu malu, karena tak seperti  biasanya. "Aini aku ingin bertanya sesuatu kepadamu", aku penasaran entah apa yang akan dia tanyakan. Dengan nada suara yang lirih aku menjawabnya, "kamu mau bertanya apa Anton? Kamu tidak seperti biasanya". 
"Apa arti cinta bagimu Aini?" 
"Aku memang tak mengetahui arti cinta yang sesungguhnya, tetapi bagiku cinta adalah suatu perasaan yang tulus yang Tuhan berikan pada sepasang manusia yang saling mencintai, seperti aku dan kamu". Aku pun bertanya kepadanya
"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu Anton?"
"Tidak aku hanya ingin tau saja. Aini apakah kamu mencintaiku?" 
Aku pun merasa sedikit kesal dengan pertanyaan yang di lontarkan olehnya. 
"Kamu gila kenapa kamu bertanya seperti itu. Aku sudah bertahan dengan kamu sudah satu tahun yang jelas aku sangat mencintai kamu dengan segala kekuranganmu". Dia pun bertanya lagi, "kenapa kamu mencintaiku?"
"Anton dalam mencintai seseorang tidak membutuhkan alasan, karena jika kita mencintai seseorang karena alasan itu bukan cinta namanya". 
Dia pun terdiam dan tak menanggapi jawabanku. 
Aku marah dengan Anton dan aku menyuruhnya untuk pulang ke rumahnya. Hujan yang tadinya hanya gerimis berubah menjadi hujan yang sangat lebat. Dia pun pergi meninggalkan aku di beranda itu. Aku menangis dan bertanya dalam hati, entah apa maksud dari semua pertanyaan yang dia lontarkan. 
          Setelah selesai makan malam aku masuk kamar, mengambil laptop dan lanjut mengetik skripsiku yang sempat ku tinggalkan. Aku mengetik skripsiku sambil mendengarkan musik. Tiba-tiba handphoneku berdering bertanda ada chat masuk. Aku pun membukanya awalnya aku senang karena yang chat di whatsapp ku adalah Anton. Tetapi, rasa senangku berubah menjadi duka dan tangis setelah ku baca isi pesan singkat darinya. "Aini ku sayang, aku minta maaf karena membuat kamu sangat mencintaiku, tetapi Aini aku tak bisa harus terus bersamamu. Jika kamu terus bersamaku kamu akan sakit hati dan aku tak mau mata indahmu rusak karenaku. Aku ingin kamu pergi dariku. Terimakasih Aini atas cintamu". Aku pikir ini hanya mimpi ternyata bukan. Aku terdiam membisu, air mataku jatuh tak tertahankan seperti hujan sore itu, hatiku hancur berkeping-keping. Aku menyadari inilah arti dari pertanyaan-pertanyaan yang dia lontarkan sore itu. Aku tak menyangka semuanya berakhir seperti ini. 
           Hari demi hari ku lewati tanpa kehadiran Anton. Aku pun terbiasa tanpanya, meskipun sangat sulit untuk melupakan dia. Dia adalah cinta pertamaku. Aku sangat mencintai dia tetapi sekarang rasa benci ku lebih besar dari rasa cinta yang dulu ada. Kini kebencianku kepada Anton semakin besar. Biarlah semua kisah kita menjadi kenangan yang semu dan pergi bersama hujan sore itu. Mulai saat itu aku berhenti untuk mencintai siapapun dan mencoba melewati hari dengan kesendirian.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hanya Ingin Bersama Dengan-Mu

Selamat Pagi

Kepada Fajar