Sekilas Tentang Pendidikan Karakter

         Pendidikan karakter sangat penting dalam kehidupan terutama dalam perkembangan psikologi anak atau pada saat proses pertumbuhan anak. Anak-anak harus dilatih sejak usia dini tentang karakter yang baik, sehingga pada saat memasuki bangku pendidikan mereka bisa membedakan antara karakter yang baik dan karakter yang buruk. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat indonesia melupakan  pendidikan karakter bangsa. Padahal pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. 
        Banyak faktor yang menyebabkan runtuhnya potensi bangsa indonesia pada saat ini diantaranya adalah faktor pendidikan kita sadar bahwa pendidikan merupakan mekanisme institusional yang akan mengakselerasi pembinaan karakter bangsa dan juga berfungsi sebagai arena mencapai tiga hal prinsip dalam pembinaan karakter bangsa. Pendidikan sebagai arena untuk beraktivasi luhur bangsa indonesia. Secara historis bangsa ndonesia adalah bangsa yang memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat heroik, semangat kerja keras serta berani menghadapi tantangan. Kerajaan-kerajaan nusantara di masa lampau adalah bukti keberhasilan pembangunan karakter yang mencetak tatanan masyarakat maju, brerbuday dan berpengaruh.
         Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan  tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak atau perserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, karakter merupakan sifat alami dewasa seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui melalui perilaku baik,jujur bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain dan nilai-nilai karakter mulia lainnya. Dalam konteks pemikiran islam, karakter berkaitan dengan iman dan Ikhasan. Hal ini sejalan dengan ungkapan Aristoteles, bahwa karakter erat kaitaannya dengan ‘habit’ atau kebiasaan yang terus menerus diperaktikan dan diamalkan. 
         Istilah karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul pada akhir abad-18, dan untuk pertama kalinya dicetus oleh pedagok Jerman F.W. Forester. Terminologi ini mengacu pada sebuah pendekatan idealis-spiritualis dalam pendidikan yang juga dikenal dengan teori yang pendidikan normatif. Yang menjadi prioritas adalah nilai-nilai transenden yang dipecaya sebagai motor penggerak sejarah,baik bagi individu maupun bagi sebuah perubahan sosial. Namun sebenarnya pendidikan karakter telah lama menjadi bagian inti sejarah pendidikan itu sendiri. Misalnya dalam cita-cita paideia Yunani dan humanitas romawi. Pendekatan idealis dalam masyarakat modern memuncak dalam ide tentang kesadaran roh Hegelian. Perkembangan ini pada gilirannya mengukuhkan dialektika sebagai sebuah bagian integral dari pendekataan pendidikan karakter.
         Lahirnya pendidikan karakter bisa dikatakan sebagai sebuah usaha untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal-spritual yang sempat hilang diterjang gelombag postivisme yang dipelopori oleh filsuf Prancis Aguste Comste. Begitu pentingnya pendidikan karakter, di negara-negara lain pendidikan karakter menjadi skala prioritas. Sumber yang ada menunjukan bahwa pendidikan karakter dibeberapa negara dimulai sejak pendidikan dasar, seperti di Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Pendidikan karakter hanya akan menjadi sekadar wacana jika tidak dipahami secara lebih utuh dan menyeluruh dalam konteks pendidikan nasional kita. Bahkan pendidikan karakter yang dipahami secara parsial dan tidak tepat sasaran justru malah. Kegagalan kantin kejujuran adalah sebuah indikasi bahwa para pendidik memiliki kesalahan pemahaman tentang makna kejujuran dalam konteks pendidikan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hanya Ingin Bersama Dengan-Mu

Selamat Pagi

Kepada Fajar